Di belakang mereka, kami melompat pelan, dari satu batu ke batu yang lainnya, berbincang renyah di tengah suara ombak, sampai akhirnya kami menemukan batu besar yang cukup datar sebagai pijakan. Kami pun berdiri tegak menghadap laut yang saat itu warnanya makin kemerah-merahan, berceloteh lagi, lagi-lagi...
*
"Kita beruntung ya?"
"Beruntung? Beruntung kenapa, Mbak?"
"Beruntung bisa punya kesempatan belajar kedokteran.
Belajar tentang hidup.
Belajar ngadepin banyak orang yang karakternya beda-beda, usianya beda-beda
hampir tiep hari. "
"Bagus buat persiapan jadi ibu rumah tangga."
"Heh?????"
"Lho iya, Mbak.
Kalau sudah belajar ngadepin banyak karakter mulai dari yang usianya bayi sampai orang tua,
artinya pas ketemu keluarga baru kita nanti, kita sudah siap..
Siap ngurus bayi, siap ngurus anak, siap ngurus suami, siap ngurus mertua."
"Kok topiknya jadi ini +_+"
"Haha, saya juga nggak tahu, Mbak."
"Udah ah, pulang aja deh yuk. Udah mau Magribh."
"Pulang? Ah, Mbak. Mataharinya belum juga tenggelem."
"+__+"
No Response to "Terbenam"
Post a Comment