0 comments

Terbenam

Published on Monday, 3 June 2013 in ,


Gumpalan awan abu-abu terdampar di dekat garis khayal laut yang menyentuh langit. Beberapa perahu nelayan dari jauh tampak mengejar ombak ke arah bibir pantai. Ombak yang jelas lebih gesit sampai, menabrak jejeran batu-batu besar yang bertumpuk-tumpuk membentuk tanjung kecil. Percikan ombak itu kemudian berhamburan ke badan puluhan bapak-bapak yang sedang duduk berbaris memegang pancing di bibir tanjung.


Di belakang mereka, kami melompat pelan, dari satu batu ke batu yang lainnya, berbincang renyah di tengah suara ombak, sampai akhirnya kami menemukan batu besar yang cukup datar sebagai pijakan. Kami pun berdiri tegak menghadap laut yang saat itu warnanya makin kemerah-merahan, berceloteh lagi, lagi-lagi...

*
"Kita beruntung ya?"

"Beruntung? Beruntung kenapa, Mbak?"

"Beruntung bisa punya kesempatan belajar kedokteran.
Belajar tentang hidup.
Belajar ngadepin banyak orang yang karakternya beda-beda, usianya beda-beda
hampir tiep hari. "

"Bagus buat persiapan jadi ibu rumah tangga."

"Heh?????"

"Lho iya, Mbak.
Kalau sudah belajar ngadepin banyak karakter mulai dari yang usianya bayi sampai orang tua,
artinya pas ketemu keluarga baru kita nanti, kita sudah siap..
Siap ngurus bayi, siap ngurus anak, siap ngurus suami, siap ngurus mertua."

"Kok topiknya jadi ini +_+"

"Haha, saya juga nggak tahu, Mbak."

"Udah ah, pulang aja deh yuk. Udah mau Magribh."

"Pulang? Ah, Mbak. Mataharinya belum juga tenggelem."

"+__+"

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Terbenam"