0 comments

Cerita Terbaik

Published on Friday 26 April 2024 in

Banyak hal yang tidak mudah dilalui dalam hidup. Tapi pada kenyataannya, waktu tetap berjalan, membuat kita melalui cerita-cerita yang perlahan memudar. Meskipun kita pun memahami bahwa, ada beberapa cerita yang melekat kuat pada sistem limbik, cerita yang sampai kapan pun akan membuat kita bahagia, mengingat dengan baik apa yang kita sebut sebagai kenangan.

Bertahun-tahun sebelum ini, aku sendirian. menghabiskan setiap hari di tempat kerja. Salah satu yang aku ingat baik-baik saat bekerja di daerah pesisir dengan air laut toska. Tempat kerjaku tepat di depan pantai, menghadap tempat terbenam matahari. Ada dua ayunan di depannya. Saat pagi hari, air surut, aku sering membasahi kaki melihat laut lebih dekat. Sampai kemudian aku memahami bahwa, pasang surut, datang juga pergi adalah hakikat kehidupan. 

dan… setelah bertahun-tahun berjalan sendirian, aku dipertemukan dengan seseorang. Kejutan dari Allah selalu menakjubkan. Ada seseorang yang Allah buat datang ke rumah, meminjam tempat untuk berteduh dari hujan, dan untuk  sholat. Saat melihatnya pertama kali, entah bagaimana aku merasa bahwa aku sedang berdiri di depan seseorang yang membuatku tidak akan sendiri lagi melihat terbitnya matahari. 

Aku memanggilnya kak Fach. Kak fach tidak lihai dalam bicara, sungkan dan kaku sekali komunikasi dengan perempuan, seorang wanita pun tidak pernah diperkenalkannya pada keluarga. Setiap kali dia datang lagi ke rumah mungkin hanya bisa bicara dua tiga kata padaku. Dia tidak bicara banyak, tapi setiap weekend datang ke rumah pakai motor puluhan kilometer. Kak fach jarang bicara tapi hujan-hujanan dari Lombok timur ke Mataram, meliburkan visite pasien hanya untuk mencarikan novel yang aku tunggu2 terbitnya. He spoke nothing but he did everything.. for me.. 

Kak fach ga pernah gombal, ga bisa gombal, kak fach yang selalu apa adanya.. Tiba-tiba membawa keluarganya ke rumah. Tiba-tiba mengajak menikah tanpa pernah banyak bicara sebelumnya. Takdir Allah memang begitu penuh kejutan. Mudah, sulit, bahagia, sedih, seperti pasang surut air laut yang ketika Allah satukan dalam cerita jadi jauh lebih indah dari pasang surut air laut toska yang dulunya setiap pagi aku saksikan saat terbitnya matahari.

*

Sampai akhirnya, aku menikah dengan seorang hamba.. Yang dengannya, mimpi-mimpi yang dulunya aku tulis kini satu persatu jadi cerita terbaik dalam hidup… Mimpi yang dulunya…. pernah hampa beberapa lama, terjeda.

Tapi aku menyadari satu hal, bahwa Allah selalu memeluk kita dalam cerita yang terbaik. Cerita lama tetap pada tempatnya. Masa lalu tidak pernah bisa berubah. Pada setiap nya, mesti terdapat hikmah, yang sampai kapan pun bisa jadi bagian terbaik dari cerita kemarin sore yang pernah kita tulis dalam hidup. 

*

“Aku mencintainya, 

itu sebabnya aku akan selalu mendoakan keselamatannya.”



0 comments

Makkah dan Madinah

Published on Thursday 8 February 2024 in

Aku ingat baik-baik, tentang Mekkah dan Madinah. Beberapa tahun setelah itu, aku ingin sekali ke sana, tapi tentunya, aku tidak ingin mengunjunginya sendirian. Kau tahu, Allah mengabulkan setiap ingin yang aku bisikkan ke bumi. Beberapa bulan yang lalu, Allah memenuhi satu lagi mimpiku: mengunjungi Mekkah dan Madinah, dengan yang tercinta… anak-anak juga ayahnya.


Perjalanan yang benar istimewa. Aku disambut dengan keramahan Madinah. Rasanya seperti pulang ke rumah. Rasanya seperti seringkali sebelumnya aku ke kota ini. Aku tidak paham bagaimana. Tapi aku melangkah tanpa bingung arah, sedikitpun. Aku pun dijamu orang-orang Madinah. Mereka mengantarkan bubur bayi untuk si bungsu, makanan, kurma segar, anggur juga bakso Madinah, setiap hari. Iya, sebagian dari mereka temannya ibu, yang menyambut kami di sini.

Teman ibu, tinggal di Madinah sudah puluhan tahun. Beliau seorang muthowwif yang biasa menemani jemaah umroh ke raudhah. Sepulang dari raudhah setiap pagi, beliau menjenguk kami di hotel: membawakan makanan untuk kami termasuk untuk bayi kami. 

Raudhah, jadi salah satu kepingan cerita spesial untukku dan bayiku. Di saat jemaah pada umumnya dibatasi waktu di raudhah, kami tidak. Begitu memasuki raudhah, dilihat menggendong bayi, askar mengarahkanku ke pojok dekat mimbar baginda rasul. Berjam-jam kami duduk, menidurkan si bayi, menyusuinya, sampai dia bangun lagi. Kami pun keluar raudhah saat muthowif menelfon mencari kami, karena kami berdua terpisah dari rombongan pagi itu. Kemudian sorenya, si sulung dan ayahnya giliran ke raudhah, didampingi tuan guru.

Seminggu kami habiskan hari-hari di Madinah, sampai kami melanjutkan perjalanan ke Mekkah. Sedih dan haru sekali sore itu, meninggalkan Madinah rasanya seperti pamit pergi lama dari rumah. 

dan Mekkah, labbaik Allahumma umrah.. 




*

Tentang mimpi dan cinta. Tidak ada yang berubah. Juga tentang Mekkah dan Madinah. Kau tak pernah tahu bahwa jauh sebelum ini, aku selalu menulis mimpi-mimpi. Kau tak pernah memahami, bahkan jauh sebelum ini. Aku harus tetap melangkah sendirian sebelumnya, sampai Allah kemudian menghadirkan orang-orang istimewa yang pada akhirnya, menemani, menyempurnakan, tidak meninggalkan. Dengan mereka, aku mewarnai mimpi-mimpi, juga cinta 💕.




0 comments

Menjadi Ibu

Published on Wednesday 6 December 2023 in


 Mataram, bulan Maret 2023

Menjadi ibu dari anak-anak kita adalah salah satu mimpi terbaik yang pernah tertulis. Aku tidak pernah tahu sebelumnya, bahwa akhirnya aku akan benar-benar menjadi ibu. Tidak mudah, menyakitkan dan melelahkan pada tiap tahapannya. Tapi keseluruhannya menyenangkan, menyambut  tangis pertama anak kita pada detik-detik pertama lahirnya ke bumi. Pipiku sempat basah saat itu. Saat melihat anakmu, anakku untuk kali pertama. Dia tumbuh menjadi anak laki-laki cerdas, istimewa, senyum tawanya.. sepertimu.

Tahun-tahun berlalu rasanya cepat sekali. Aku melihat diriku sendiri di cermin, lantas aku selalu bertanya, kemana aku yang dulu? Aku yang dulu, aku yang ambisius: menghabiskan hari-hariku untuk berusaha memenuhi setiap mimpi yang aku tulis satu persatu. Salah satu mimpi itu adalah menjadi ibu rumah tangga yang alhamdulillah sudah Allah jadikan nyata. Tapi kemudian aku dihadapkan pada pilihan-pilihan. Menemani anak-anak setiap harinya membuatku benar-benar sepenuhnya di rumah: hanya beberapa jam di pagi hari untuk mengamalkan ilmu di puskesmas daerah pesisir pantai. 

Kita menyebutnya dengan “kebermanfaatan”. Aku merasa kebermanfaatanku untuk anak-anakku tidak tergantikan dengan siapapun. Kenyataan yang membuatku masih menunda mimpi-mimpi yang lain, salah satunya untuk kembali melanjutkan sekolah. Hal yang sama, pun pada suamiku. Beliau masih menunda kembali melanjutkan sekolah lagi karena merasa bahwa kebermanfaatan nya untuk anak-anak kami, tidak tergantikan saat anak-anak masih dalam golden period nya. 

Pada akhirnya, kami sepakat untuk mengisi hari-hari dengan sebisa mungkin mengoptimalkan waktu bersama anak-anak, selepas menunaikan kewajiban kami mengamalkan ilmu. Kami sepakat berusaha menulis setiap waktu yang kami lewati bersama anak-anak dengan kenangan istimewa yang insyaAllah tidak akan mereka lupakan sampai mereka dewasa nanti.

*Beberapa bulan berlalu sampai melengkapi draft tulisan ini,

Allah pun membawa langkah kami dan anak-anak ke kota paling indah di bumi.