0 comments

Nasi Puyung Original!

Published on Friday, 15 March 2013 in



Mataram, 15 Maret 2013

Nasi puyung.
Nasi : udah tau lah. Sementara Puyung, itu nama desa yang letaknya strategis banget. Sebelah timurnya berbatasan dengan Praya, sebelah selatannya berbatasan dengan desa Sukarara (desa wisata yang terkenal dengan kerajinan tenun tradisionalnya), sebelah baratnya dekat dengan jalur utama menuju Mataram (dulunya, sebelum jalur bandara dibuat), sementara sebelah utaranya dekat dengan desa tempat saya dibesarkan (desa yang kental sekali dengan musik tradisionalnya).

Nasi Puyung sendiri kalau diterjemahkan sekilas, harusnya bermakna nasi dari Puyung atau nasi khas Puyung dan sejenisnya. Tapi nyatanya tidak semua nasi yang dijual di Puyung lazim disebut nasi puyung. Banyak sekali warung nasi yang nasi+lauknya enak banget, komplit banget di Puyung dulunya, tapi tidak semuanya disebut nasi puyung. Yah, mungkin mirip dengan penamaan ayam rarang dan ayam taliwang, ayam yang dimasak dan dibumbui dengan cara tertentu yang akhirnya bisa disebut ayam rarang dan ayam taliwang walaupun dijual di Mataram, di Jakarta, di Bandung, dst, namanya ya tetap ayam rarang, ayam taliwang, jika memang dimasak dan dibumbui ala ayam rarang atau taliwang. Sama seperti Puyung, Rarang itu nama desa di Lombok Timur yang kali ini berbatasan dengan desa tempat ibu saya dibesarkan. dan Taliwang sendiri, juga nama tempat di Sumbawa Barat dan Mataram (entah hubungannya apa kenapa namanya bisa sama).

Kembali ke nasi puyung. Kenapa ya bisa seterkenal sekarang? Saya sendiri heran, teman-teman kampus saya ada yang sampai bela-belain ke Puyung dari Mataram (padahal nggak deket, perjalanan 50 menit lah kira-kira) cuma buat makan nasi puyung original. Terus kalau saya lagi mudik, temen-temen mesti minta dibawain nasi puyung asli yang pedasnya bisa bikin telinga ngasep. heheh.

Saya sendiri waktu itu nyoba nasi Puyung pertama kali waktu masih TK kayaknya. Kalau malem-malem pulang dari Lombok Timur sama ortu, nerobos Praya, nyampe Puyung pake vespa antik bapak, biar hujan-hujanan, mesti belok masuk ke tempat jualan nasi puyung di rumah sederhana di sisi utara jalanan Puyung. Yang jualan ibu-ibu setengah baya, namanya Inaq Esun. Khasnya, nasinya masih hangat, asapnya ngepul-ngepul, bungkusnya pake daun pisang, lauknya ayam sama serundeng+/kedelai yang pedesnya bikin mata sama hidung nangis berat, bibir jadi merah doer balapan. Mungkin, "mungkin!" gara-gara bibir jadi doer balapan, nasi puyung sebelum seterkenal sekarang lebih lazim disebut "nasi balap". Ada juga sih yang bilang karena makannya harus ngebut, balap-balapan biar pedesnya gak terlalu awet di lidah.



Nasi puyung ini jadi nikmat banget kalau dimakan malam-malam, hujan-hujan, pokoknya kalau hawa lagi serba dingin mantap deh. Tapi kalau buat anak-anak kayaknya beda, yang original waktu pertama kali saya makan luar biasa bikin kapok gara-gara pedesnya bikin air mata banjir. Sampai akhirnya saya berani makan nasi puyung lagi setelah kuliah di Mataram.

Nasi puyung. Sekarang tempat warung nasi puyung original sudah jauh lebih besar. Yang jual nasi ini di Lombok juga menjamur walaupun bukan cabang resmi. Bisa dibayangkan, kalau pelopor nasi puyung saat saya TK sudah setengah baya, sekarang yang jualan mungkin anak cucunya. Yah, tidak jauh berbeda. Pedasnya, citra rasa bumbunya, aroma nasi hangatnya, masih menjadi khas nasi ini seperti belasan tahun yang lalu. Walaupun sekarang sudah ada variasi tergantung selera, mau pesan yang pedas atau yang tidak terlalu pedas bisa-bisa saja.

Oya. Di dekat BIL (Bandara Internasional Lombok) pun sekarang sudah ada jejeran rumah makan yang menyediakan nasi puyung, tepatnya di samping pertamina depan gerbang bandara. Harganya kisaran 10 ribuan pula. Salah satunya di Rumah Makan Cahaya. Haha, saya hobi sekali ke sini. Biasanya kalau lagi nunggu dijemput Bapak mesti di Rumah Makan Cahaya, daripada nunggu di dalem bandara nggak ada kursi di luarnya +_+. Soalnya yang punya rumah makan juga bibi saya. Terakhir saya ke sana belum lama. Waktu pulang dari Lombok Timur, salah satu sahabat saya sekalian jemput ibunya yang balik dari Surabaya di BIL, ya udah sekalian mampir dan nunggu dijemput Bapak di sana. Akhirnya, nggak sengaja jadi pertemuan keluarga karena ternyata ibu dan adik-adik saya juga ikutan jemput. 
Rame! haha!

***



Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Nasi Puyung Original!"