Menjadi ibu dari anak-anak kita adalah salah satu mimpi terbaik yang pernah tertulis. Aku tidak pernah tahu sebelumnya, bahwa akhirnya aku akan benar-benar menjadi ibu. Tidak mudah, menyakitkan dan melelahkan pada tiap tahapannya. Tapi keseluruhannya menyenangkan, menyambut tangis pertama anak kita pada detik-detik pertama lahirnya ke bumi. Pipiku sempat basah saat itu. Saat melihat anakmu, anakku untuk kali pertama. Dia tumbuh menjadi anak laki-laki cerdas, istimewa, senyum tawanya.. sepertimu.
Tahun-tahun berlalu rasanya cepat sekali. Aku melihat diriku sendiri di cermin, lantas aku selalu bertanya, kemana aku yang dulu? Aku yang dulu, aku yang ambisius: menghabiskan hari-hariku untuk berusaha memenuhi setiap mimpi yang aku tulis satu persatu. Salah satu mimpi itu adalah menjadi ibu rumah tangga yang alhamdulillah sudah Allah jadikan nyata. Tapi kemudian aku dihadapkan pada pilihan-pilihan. Menemani anak-anak setiap harinya membuatku benar-benar sepenuhnya di rumah: hanya beberapa jam di pagi hari untuk mengamalkan ilmu di puskesmas daerah pesisir pantai.
Kita menyebutnya dengan “kebermanfaatan”. Aku merasa kebermanfaatanku untuk anak-anakku tidak tergantikan dengan siapapun. Kenyataan yang membuatku masih menunda mimpi-mimpi yang lain, salah satunya untuk kembali melanjutkan sekolah. Hal yang sama, pun pada suamiku. Beliau masih menunda kembali melanjutkan sekolah lagi karena merasa bahwa kebermanfaatan nya untuk anak-anak kami, tidak tergantikan saat anak-anak masih dalam golden period nya.
Pada akhirnya, kami sepakat untuk mengisi hari-hari dengan sebisa mungkin mengoptimalkan waktu bersama anak-anak, selepas menunaikan kewajiban kami mengamalkan ilmu. Kami sepakat berusaha menulis setiap waktu yang kami lewati bersama anak-anak dengan kenangan istimewa yang insyaAllah tidak akan mereka lupakan sampai mereka dewasa nanti.
*Beberapa bulan berlalu sampai melengkapi draft tulisan ini,
Allah pun membawa langkah kami dan anak-anak ke kota paling indah di bumi.
No Response to "Menjadi Ibu"
Post a Comment