Lombok Tengah, November 2018
Ini malam Sabtu. Langit mendung, belum hujan. Banyak serangga masuk ke rumah. Mungkin karena kemarin pagi, di luar mereka juga kehujanan. Mungkin juga rumahnya kebanjiran.
Kau paham, aku selalu menulis setiap perubahan hidup di sini. Sebagian terpublish, sebagian lagi tersimpan jadi rahasia. Kau juga paham sejak dulu, aku ingin jadi ibu rumah tangga, juga ingin belajar banyak hal: melanjutkan sekolah, dan ini dan itu.. Tidak, tidak, sampai saat ini aku tidak punya niatan melanjutkan pendidikan spesialis.
Aku bingung sendirian. Mungkin ini yang namanya life blocking. Saat semua hal yang aku inginkan, terkunci pada satu titik, dan titik itu adalah menemukan & ditemukan. Kau tahu, aku bertemu dengan puluhan orang yang berbeda setiap harinya. Tapi mereka sepertinya, bukan kamu salah satunya.
Aku mulai kenyang dengan pertanyaan "kapan sekolah & menikah."
Aku melewatkan banyak kesempatan baik. Aku juga tidak paham, ini benar atau tidak. Aku takut Allah tidak ridho jika aku pergi & tinggal jauh sendirian, tanpa keluarga. Sampai aku memutuskan untuk sepenuhnya menunggu di sini tanpa menjadi apa-apa, tanpa kemana-mana. Aku mengenal dengan baik diriku sendiri. Aku pun paham, jadi begini adalah hal yang tidak mudah, tidak sederhana.
Entahlah, aku berkali-kali berbisik pada Tuhan dengan mata basah. Bertanya berulangkali pada-Nya tentang setiap pilihan, untuk memutuskan. Tapi jawaban-Nya selalu saja sama.
Halo kenyataan, aku yakin, skenario Allah selalu baik, saat ini, besok sampai besok lagi. Mungkin aku memang sedang ditakdirkan menunggu, menunggu lanjutan cerita yang Allah buat pada halaman dan waktu yang paling baik.
Kita pun sama-sama tahu, Allah Mahatahu tentang masa depan, kita tidak tahu. Jadi bukankah tidak ada masa depan yang perlu dikhawatirkan? Allah Mahasayang. Itu sudah lebih dari cukup untuk berprasangka baik atas setiap keadaan
No Response to " "
Post a Comment