Selepas kepergian Ramadhan, 1437 H
Kau tahu kenapa aku suka sekali ke pantai?
Kau juga tahu kenapa langit bisa membuatku jatuh cinta begitu hebat?
Tidak, tidak.. Aku mencintai keduanya, karena mereka sama-sama mengajarkanku tentang indahnya takdir dan kesabaran.
Ombak, pasang surut memeluk pasir pada tiap detiknya..
Matahari bergerak terbenam dan terbit setiap harinya..
dan itu semua membuat kehidupan itu ada,
pergi dan datangnya membuatmu bisa tetap bernafas sampai pada detik ini.
Keduanya mengajarkan bahwa kepergian juga adalah takdir yang begitu indah ketika dinikmati.
Ramadhan, juga begitu bukan?
Tenggelamnya matahari pada sore itu, membuat ia datang dengan limpahan kebaikan,
Datangnya membuatmu belajar banyak untuk jadi jauh lebih baik,
dan ketika tugasnya selesai, ia pergi meninggalkanmu bersama matahari yang terbenam..
Aku, aku ingat saat-saat itu,
detik-detik yang menghunus jantung,
menyesakkan dada,
membuat mata basah berkali-kali,
detik saat yang membuatmu belajar berubah menjadi lebih baik,
ternyata telah menyelesaikan tugasnya pada sore itu,
perlahan beranjak ke kaki barat langit bersama matahari..
dan pada keesokan harinya,
matahari tetap terbit, tapi dengan yang berbeda..
Hidup,
matahari dan ombak mengajarkan bahwa kepergian juga adalah cara Allah mencintai kita.
Bukankah dengan belajar dari mereka berdua, hidup bisa jadi begitu sederhana?
Kesempatan yang hilang,
harapan yang memudar,
adalah takdir, yang selalu terbaik,
nanti.. sampai nanti lagi..
tentang penerimaan, iya bukan?
seperti yang Syawal ajarkan..
2 Response to Ramadhan ke Syawal
Nice work mbak.
It's not a "work" mas 😅..
Post a Comment