0 comments

Matahari: Mata dan Cahaya

Published on Sunday, 20 May 2018 in

Ramadhan, Lombok Tengah 2018

Ramadhan tahun ini Indah.
Bulan melengkung manis di langit barat.
Bintang-bintang berhamburan di selatan.
dan Matahari, masih terbit di tempat yang sama di setiap waktu.
Kota ini banyak berubah.
Tiap sudutnya berwarna.
Tiap tepi laut yang dulunya mendamaikan, sekarang meramaikan.

Kau paham, bagaimana aku mencintai bintang laut, juga langit jingganya.
Kau tahu, cita-citaku dulu, ingin bekerja di dekat pantai.
Allah selalu Mahabaik.
Tiap doa di masa lalu, jadi kenyataan sekarang.
Aku bekerja di puskesmas kota tua di wilayah pantai sejak awal tahun ini.
Aku, bahagia (?)

Kau mengerti, bagaimana bagiku, toska jadi warna yang indah.
Adalah warna yang menjadi milik biru, juga hijau, milik bumi, juga langit.
Iya, memang begitu.
Harapan masa lalu, jadi kejutan masa depan.
Sebelum ini, aku bekerja, pada tempat di mana laut toska dan langit senja setiap hari berada di depan mata.
Sepi, damai. Pagi di sana, puluhan burung berhamburan di dekat ombak.
Riuh. Sore di sana, lampu dan obor mulai menyala.
Malam di sana, menawan. Gemerlap lampu dan lampion berbaris di petangnya garis pantai. Beberapa kali ada festival api saat makan malam.



Aku bertemu banyak orang baru dengan kehidupan berbeda. Beberapa dari mereka tourist guide untuk perjalanan di dasar laut. Aku belajar banyak, tentang bagaimana pentingnya hiu dan karang bagi hidup kita. Tapi pada hari yang lain, aku pergi menginap ke kampung nelayan di pulau yang lain. Shubuhnya aku menyaksikan, hiu yang harusnya dilindungi, dilelang di pasar pantai. Manta, juga mobula bernasib sama. Badannya tergantung di kereta kuda, dipotong-potong, ditukar selembar kertas kucel rupiah. Perahu jangan kira, setiap hari jangkar terlempar ke dasar, merusak entah berapa banyak karang hanya dalam sekejap, karang yang meminta waktu, untuk tumbuh besar ratusan tahun.

Saat ini? Semua terkesan tidak menyedihkan. Aku masih tetap bisa menghirup segarnya wangi pantai, bersepeda pada lembutnya pasir putih, menyaksikan burung-burung laut yang hinggap di bebatuan laut saat air surut. Meski beberapa karang sudah mati, tak cerah berwarna. Dan semuanya, masih dikatakan baik saja. Hanya masa depan yang paling cerdas membuat kita paham, bagaimana berartinya setiap hal yang luput dari hidup kita.

*

Kenyataan ini indah.
Tapi.
Aku lupa,
membuka mata.


Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Matahari: Mata dan Cahaya"