0 comments

"Not Just a Dream II: Perjuangan yang Tak Sederhana"

Published on Monday 28 May 2012 in

Tulisan ini adalah lanjutan tulisan saya sebelumnya.. Tulisan tentang salah satu mimpi yang kemudian jadi nyata. Mimpi yang begitu istimewa. Mimpi yang membuat saya harus mengundurkan diri secara resmi dari on mipa (olimpiade nasional mipa) tahap III, mimpi yang membuat saya sekuat hati menahan tangis saat kampus memberitahukan wisuda saya mundur kalau saya izin sampai 2 minggu gara-gara ke Jepang (pemberitahuannya itu, parahnya saat satu jam sebelum saya berangkat ke bandara T-T), mimpi yang kemudian membuat saya harus meninggalkan penelitian yang sangat saya dambakan, mimpi yang kemudian membuat saya harus ketinggalan blok neuropsikiatri (blok yang menurut saya paling susah sepanjang sejarah saya menjadi mahasiswi FK). Benar-benar mimpi yang istimewa dengan pengorbanan yang nggak sederhana. Secara logika, memang sepintas semuanya keliatan agak perih. Tapi, itu kan logika manusia, nyatanya sampai detik ini, alhamdulillah semua baik-baik saja. "Allah tidak pernah membiarkan saya sendiri, meskipun hanya seperjuta detik". Nyatanya, sekarang, penelitian saya akhirnya berhasil (Terimakasih yang setinggi-tingginya nucleus). Wisuda saya nggak jadi terancam mundur (Terimakasih fk unram <3). Saya masih bisa mengikuti blok neuro tanpa tersendat mengejar (Terimakasih koordinator blok neuro :).. dan tentang on mipa.. saat ini sudah ada ganti yang nggak kalah istimewanya (Terimakasih PD3).

Itu semua nggak sederhana. Skenarionya kompleks banget. Itu yang bikin saya makin tegas bilang bahwa nggak ada yang kebetulan di bumi ini. Bahkan daun kering jatuh pun, itu sudah ada dalam skenario-Nya. Saya bisa bilang kayak gini karena ada latar belakangnya. Latar belakangnya ada banyak. Tapi, cukup saya ceritakan satu rangkaian episode saja. Episode tentang mimpi ke Jepang yang akhirnya jadi nyata.

Cerita ini melengkapi tulisan saya yang judulnya, "Jepang dalam Kepingan Nyata Cerita Mimpi".

Awalnya, dulu pengumuman program yang memberangkatkan saya ke Jepang "JENESYS" disebutkan tanggal 31 Maret. Ting tong ting tong, saya tunggu sampai 2 April, 3, 4, 5, 6, 7, 8 April benar-benar nggak ada info. Nggak ada kabar sama sekali. Logikanya, itu udah positif saya nggak lulus artinya. Tapi saat itu saya benar-benar yakin, saya lulus seleksi (bukan kepedean, tapi feeling saya kuat banget). Sampai-sampai, tanggal 10 April, keyakinan itu nggak luntur. Bener aja, kuatnya feeling itu bikin saya mendadak buka email. Eh, iya lulus! Ya Allah.. kejutan yang luar biasa bikin saya terharu. Allah ngasih saya kado yang tak ternilai harganya di H-4 ulang tahun saya.. dan saat 13 April, saya sama ketiga sahabat saya (Aluh, Wawan, Mega) pergi main ke rumah yatim. Belum habis hari itu, sorenya Dimas nyusul bawa piala gede. Hari itu dia kepilih jadi duta genre 2012. Yeaaah, asik! Sepulang main, kami langsung ditraktir makan malem sama duta! Aduh, itu capek banget! Habisnya jadwal kami full dari pagi sampai malam saat itu. Kami sampai rumah langsung tepar! Tapi segitu teparnya, shubuh 14 April mereka bawa kue cokelat ke rumah saya, mereka teriak, "Metha... selamat ulang tahuuuuun!" Nggak cuma sampai situ, saat di kampus, saya jadi moderator di salah satu seminar perdana yang diadakan angkatan saya. Rasanya sesuatu banget, liat "14 April 2012" terpampang besar di spanduk gede di ruangan seminar.. Saat itu, angkatan saya serasa pesta. Pesta diselipi dengan ucapan ulang tahun untuk saya dan sahabat saya, "Asri". Sepulang seminar, eh, dapet kue lagi! Kuenya biru langit, tiba-tiba aja, adik saya teriak "selamat ulang tahun!" saat saya baru buka pintu! Terlalu panjang buat diceritain gimana istimewanya cerita hari itu..

Akhirnya, saya sampai pada hari yang begitu dekat dengan hari keberangkatan saya ke Jepang. Ada seabrek hal yang bikin saya akhirnya ngeluh, "Ya Allah saya capek sekali T-T". Saat itu, terlalu banyak hal yang saya harus selesaikan sebelum pergi, salah satunya persiapan penelitian. Sampai-sampai, saat besok siangnya saya berangkat, malamnya saya begadang bikin es krim porsi 100 orang. Gila! Itu jadinya jam 1-an pagi! Habis itu, berakhir dengan makan nasi goreng dan burger buatan mba Nisa (Thanks mba-kuu... T-T). Tepar bangeet banget banget! Itu pesta perpisahan kecil-kecilan yang luar biasa.. Besok paginya, saya berangkat ke Jakarta, dan lusanya Dimas nyusul ke Jakarta. Saya masih inget gimana padetnya agenda waktu itu. Sampai-sampai, saya bisa packing beberapa jam sebelum berangkat. Itu pun sambil bolak-balik kampus-rektorat ngebut-ngebutan, karena saya nggak boleh ninggalin kuliah.

Akhirnya, jam 12 teng saya berangkat ke bandara. Saya terbang jam setengah tiga, sendirian ke Jakarta dalam kondisi yang masih sangat sungguh tepar. Semua keteparan itu mendadak musnah saat saya akhirnya bisa melihat puncak Fuji yang diselimutin salju dari udara saat perjalanan mendekati daratan Jepang... Rasanya kayak mimpi! Sampai sekarang pun saya masih ngerasa ke Jepang kemarin itu, "mimpi nggak sih????"


"Ya Allah, You make me speechless again.." Skenarionya bener-bener bikin saya terharu, apalagi saat skenario itu akhirnya menempatkan saya menginap di salah satu kamar Hotel Nikko Toyohashi, Aichi. Bukan hotelnya, tapi nomor kamar saya yang spesial, "1404". Nomor itu seolah menguatkan saya, bahwa itu semua adalah kado spesial ulang tahun saya dari Sang Maha Pencipta, "1404: 14 April".



..dan saat pulang kembali ke Jakarta, saya merasa baru bangun dari mimpi indah yang begitu panjang. Mimpi indah yang mengajarkan saya banyak hal. Dalam akhir mimpi itu, saya masih ingat, saat saya menulis beberapa rangkaian kata di balon putih punya Verry (partisipan jenesys dari ITB) yang ia terbangkan saat di Narita, "See you Japan, i'll be here again."

Itu semua belum selesai, yang bikin saya senyum-senyum sendiri itu, waktu saya pulang dari Jakarta ke Lombok pakai L*ion, 17 Mei kemarin. Saat itu, saya satu pesawat sama banyak banget orang Jepang. Celoteh mereka di ruang tunggu bikin saya ngerasa masih di Jepang, "A... ii desu ka?? Hai.. chotto matte.. bla bla bla.." Saya sampe senyum-senyum sendiri sambil maen sama anak Jepang saat itu. Anak itu sampai nangis mau duduk dekat saya di pesawat. Saat itu saya duduk di 25A. Anak itu duduk lebih belakang sama orang tuanya. Haha.. Belum selesai. Saat pesawat udah mulai terbang, saya iseng buka kantong kursi pesawat yang ternyata isinya sebuah majalah yang cover dan isinya...jreng jreng.. ini diaa.

Hayooo.. apa? Paris? Bukaan..! Ini Tokyo.. Menara di cover majalah ini Tokyo Tower. Dulunya itu puncak tertinggi di Tokyo, tapi sekarang ada yang jauh lebih tinggi, "Tokyo Skytree".. icon baru Tokyo.. Ini dia..

Ceritanya belum selesai.. Sampai saat ini, ada banyak hal yang seolah mendekatkan Jepang pada saya. Cerita yang belum bisa saya ceritakan.. Tapi yang jelas, saat ini saya memang bermimpi kembali ke Jepang untuk kuliah di sana .. Sekarang, pintu untuk meraih mimpi itu semakin lebar.. Akan "waaaw" sekali rasanya, saat melihat tulisan ini..



------------------------------------------------------------------------------------------------------------



















"..akan kembali, tapi tak sendiri.. Bismillah.. (Methacalter)"




Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to ""Not Just a Dream II: Perjuangan yang Tak Sederhana""