Mataram, 11 April 2012
Tulisan ini tentang satu mimpi dalam kepingan-kepingan kecil cerita nyata. Mimpi itu tentang negeri matahari, "Jepang".
Awal mimpi ini adalah saat OSN (Olimpiade Sains Nasional) 2008 di Makassar yang berlanjut dengan pelaksanaan IBO (International Biology Olympiad) di Jepang. Saat itu, saya merasa tidak pantas untuk bermimpi. Hanya setitik harapan kecil untuk bisa dipercayai mengemban tugas negara membawa nama baik Indonesia ke Jepang. Tapi saat itu saya merasa tidak pantas. Banyak siswa Indonesia brilian di belahan wilayah lain yang jauh lebih mampu mengemban tugas itu. Ya sudah, sampai di situ saja. Perlahan, saya mulai melupakan harapan itu. Saat itu saya tidak berani mimpi ketinggian.
Sudah lumayan lama, saya melupakan mimpi tentang Jepang. Tapi, pada akhir 2011, saya mengikuti OSN Pertamina yang pada salah satu soal open-endednya (sejenis skenario permasalahan yang harus dipecahkan dengan solusi dalam bentuk makalah) membahas kecelakaan nuklir di Fukushima, Jepang. Itu memaksa saya membongkar wajah Jepang dari berbagai jendela dunia.
Sepulang OSN Pertamina, dekan mengarahkan saya untuk melanjutkan pendidikan ke Jepang untuk belajar imunologi-biomolekuler. Pas banget, itu bidang ilmu yang paling saya sukai sepanjang hidup belajar kedokteran sampai detik ini. Apalagi saat itu dekan saya menceritakan sedikit memori beliau tentang Jepang saat belajar di sana puluhan tahun silam. Itu semua membuat harapan lama untuk ke Jepang sempat terlintas lagi di benak saya. Harapan itu semakin besar. Saat itu saya sampai sempat berpikir untuk tidak melanjutkan koas. Selesai punya gelar S.Ked mau langsung terbang, melanjutkan kuliah di negara itu.
Aduh konyol. Jelas lah, ibu-bapak saya tidak setuju. Dekan saya pun tidak mendukung. Dosen-dosen yang saya tanyakan pendapatnya soal ini pun menyarankan untuk koas dulu.
"Baiklah."
Itu semua membuat saya menyisihkan lagi, mimpi tentang Jepang.
Tapi akhir Januari 2012, sekwil ISMKI wilayah IV, "Erlangga" saat LKMM FK Unram menampilkan bendera Jepang sebagai salah satu bagian kecil materinya. Aduh, sederhana tapi bermakna. Itu menyegarkan lagi mimpi saya tentang Jepang yang sudah layu.
Selanjutnya, 13 Februari 2012, mimpi tentang Jepang semakin bangkit. Malam itu saya berpijak di atas tempat yang "keren". Tempat yang serba otomatis! Mau cuci tangan? Nggak pake pencet-pencet atau puter keran. Taruh tangan di bawah keran aja airnya otomatis keluar. Pintunya juga otomatis. Nggak pake pegang-pegang gagang pintu. Mau keluar masuk, pintunya otomatis kebuka-tutup. Ada wifinya pula! Desain interiornya elegan. Bersih...rapih!
Setelah saya amati seksama, tempat itu Jepang banget! Dari jendelanya.. Tulisan-tulisannya.. Eh, emang bener.. Itu kapal laut buatan Jepang! Kapal itu yang mengantar saya dari Lombok ke Bali hanya dalam 3 jam yang biasanya 5 jam kalau pakai kapal biasa.
Sampai akhirnya awal Maret 2012, inget kepingan-kepingan cerita kecil itu buat saya jadi mimpi serius pengen ke Jepang dalam waktu dekat. Akhirnya, waktu itu saya ngobrol dalam hati, "Ya Allah, saya pengen banget ke Jepang. Tapi nggak usah tahunan ya Allah. Saya mau jadi dokter dulu. Tapi kalau seminggu terlalu sebentar.. Pengen 2 minggu aja ya Allah, please..."
Nggak lama setelah itu, teman olimpiade saya "Nabih" nginfoin program yang bisa memberangkatkan saya ke Jepang dalam waktu dekat, "JENESYS". Program singkat yang memberikan fasilitas dan kesempatan untuk mengenal Jepang untuk mahasiswa semester "6".
Yang namanya usaha, peluang gagal pasti ada! Tapi doa bisa mengurangi peluang gagal itu bahkan sampai titik nol.
Percaya atau tidak, saya bahkan tidak melampirkan hasil tes TOEFL saya pada dokumen yang saya kirim ke kedubes Jepang buat ikutan Jenesys (karena memang saat itu, saya dikejar deadline! Jadi nggak memungkinkan buat tes TOEFL). Percaya atau tidak, IP saya juga standar banget. Percaya atau tidak kemampuan Bahasa Inggris saya nggak oke-oke banget. Bahkan Bahasa Jepang saya parah.
*
ALLAH MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG.. mungkin, usaha saya terlalu sederhana.. Tapi, Allah lah yang membuat hasilnya istimewa..
Sepulang OSN Pertamina, dekan mengarahkan saya untuk melanjutkan pendidikan ke Jepang untuk belajar imunologi-biomolekuler. Pas banget, itu bidang ilmu yang paling saya sukai sepanjang hidup belajar kedokteran sampai detik ini. Apalagi saat itu dekan saya menceritakan sedikit memori beliau tentang Jepang saat belajar di sana puluhan tahun silam. Itu semua membuat harapan lama untuk ke Jepang sempat terlintas lagi di benak saya. Harapan itu semakin besar. Saat itu saya sampai sempat berpikir untuk tidak melanjutkan koas. Selesai punya gelar S.Ked mau langsung terbang, melanjutkan kuliah di negara itu.
Aduh konyol. Jelas lah, ibu-bapak saya tidak setuju. Dekan saya pun tidak mendukung. Dosen-dosen yang saya tanyakan pendapatnya soal ini pun menyarankan untuk koas dulu.
"Baiklah."
Itu semua membuat saya menyisihkan lagi, mimpi tentang Jepang.
Tapi akhir Januari 2012, sekwil ISMKI wilayah IV, "Erlangga" saat LKMM FK Unram menampilkan bendera Jepang sebagai salah satu bagian kecil materinya. Aduh, sederhana tapi bermakna. Itu menyegarkan lagi mimpi saya tentang Jepang yang sudah layu.
Selanjutnya, 13 Februari 2012, mimpi tentang Jepang semakin bangkit. Malam itu saya berpijak di atas tempat yang "keren". Tempat yang serba otomatis! Mau cuci tangan? Nggak pake pencet-pencet atau puter keran. Taruh tangan di bawah keran aja airnya otomatis keluar. Pintunya juga otomatis. Nggak pake pegang-pegang gagang pintu. Mau keluar masuk, pintunya otomatis kebuka-tutup. Ada wifinya pula! Desain interiornya elegan. Bersih...rapih!
Setelah saya amati seksama, tempat itu Jepang banget! Dari jendelanya.. Tulisan-tulisannya.. Eh, emang bener.. Itu kapal laut buatan Jepang! Kapal itu yang mengantar saya dari Lombok ke Bali hanya dalam 3 jam yang biasanya 5 jam kalau pakai kapal biasa.
Sampai akhirnya awal Maret 2012, inget kepingan-kepingan cerita kecil itu buat saya jadi mimpi serius pengen ke Jepang dalam waktu dekat. Akhirnya, waktu itu saya ngobrol dalam hati, "Ya Allah, saya pengen banget ke Jepang. Tapi nggak usah tahunan ya Allah. Saya mau jadi dokter dulu. Tapi kalau seminggu terlalu sebentar.. Pengen 2 minggu aja ya Allah, please..."
Yang namanya usaha, peluang gagal pasti ada! Tapi doa bisa mengurangi peluang gagal itu bahkan sampai titik nol.
Percaya atau tidak, saya bahkan tidak melampirkan hasil tes TOEFL saya pada dokumen yang saya kirim ke kedubes Jepang buat ikutan Jenesys (karena memang saat itu, saya dikejar deadline! Jadi nggak memungkinkan buat tes TOEFL). Percaya atau tidak, IP saya juga standar banget. Percaya atau tidak kemampuan Bahasa Inggris saya nggak oke-oke banget. Bahkan Bahasa Jepang saya parah.
*
ALLAH MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG.. mungkin, usaha saya terlalu sederhana.. Tapi, Allah lah yang membuat hasilnya istimewa..
3 Response to Jepang dalam Kepingan Cerita Mimpi
impian yang kesampaian.....
cerita yang membangkitkan inspirasi dan motivasi yang sempat kendur beberapa saaat yang lalu
haha
keren kak
sangat memotivasi
saya berharap bisa melebihi kakak
Aamiin
alhamdulillah.. bahagia bgt kalau bs memotivasi.. :)
Post a Comment