0 comments

Setelah Bulan Juli

Published on Wednesday, 27 August 2025 in

Lombok, Agustus 2025

Beberapa tahun yang lalu, aku pernah bermalam di salah satu tanah lapang dengan langit yang bersih, yang saat malam harinya, bintang-bintang bisa terlihat lebih jelas, terasa lebih dekat seperti hamparan kerikil bercahaya di sungai langit. Di tempat itu, saat aku menarik nafas, udara dengan bau rumput basah terasa sejuk menenangkan sampai ke alveolus. Jalanan di Lombok saat ini berubah banyak sejak 10 tahun terakhir, membuatku baru menyadari, bahwa tempat itu saat ini menjadi bangunan perumahan baru, yang ternyata kami beli dua tahun yang lalu. Allah memberikan kami rumah, yang pada pagi harinya aku bisa melihat matahari terbit di jingga nya fajar, yang pada sore harinya, aku bisa menyaksikan langit biru jingga membentuk padanan warna mengagumkan di langit sore yang mengantarkan matahari tenggelam pada ufuk barat.

dan kabar baiknya, rumah kami saat ini di dekat pantai. Setiap hari, aku melewati jalanan pinggir pantai saat pergi dan pulang dari puskesmas kota tua. Aku bisa melihat ombak, laut biru, perahu-perahu nelayan setiap menoleh ke pinggir jalan. Allah memang selalu Mahasayang. Di saat kak Fach sibuk dengan pekerjaannya, Allah tidak membiarkanku kesepian di bumi. Sahabatku Aluh, pindah tempat bekerja ke Mataram mengikuti suaminya, yang sebelumnya sudah menetap di Lombok Timur, di tahun yang sama dengan kami yang menempati rumah ini. Menakjubkannya, mereka pun ternyata punya rumah dekat dari rumah kami. Setiap minggu kami ke pasar sore bersama di dekat rumah, juga ke kebun bersama, memetik mangga muda.

Anak-anak, aku bahagia sekali bisa menemani tumbuh mereka yang begitu indah saat ini. Fatha cinta sekali dengan Quran, tanpa kusadari dia menghafal juz pertama nya saat usia 3 tahun. dan si bungsu yang begitu cerdas, seperti hasil kloning dari ayahnya, identik wajah dan tingkahnya dengan kak Fach. Kami membuatkan mereka taman bermain di belakang rumah yang memungkinkan mereka grounding setiap hari. Aku menemani mereka belajar tentang banyak hal.

Aku merasa, sudah menemukan, apa yang aku cari di bumi.

Tapi kemudian saat menemani Kak Fach menghadiri acara papdi, aku bertemu dengan Prof Mulyanto. Terkahir bertemu beliau, mungkin lebih dari 10 tahun yang lalu. Haru, rasanya air mata mau tumpah. Prof Mul lah dekan yang langsung menelfon rektor untuk membebaskanku biaya kuliah saat pulang dari Jakarta memenangkan Olimpiade Nasional Pertamina tahun 2011. “Saya Terimakasih sekali Prof waktu itu,” aku melihat beliau lekat, seluruh rambutnya memutih, tapi ingatannya masih cukup baik. Beliau adalah peneliti hepatitis dengan banyak karya yang mengagumkan. Aku tertegun saat beliau kemudian mengatakan, “kalau ga ambil penyakit dalam, ya sekolah S2…bisa ambil imunologi.” Aku terdiam sebentar, “Oh ya Prof, suami sy juga penyakit dalam,” kemudian memperkenalkan Kak Fach ke Prof. Sampai kemudian sepertinya Prof bisa memahami, kenapa aku masih betah jadi dokter puskesmas di Kota Tua.


*

Entahlah. Kadang akupun bertanya pada diri sendiri? Apa cukup begini? Apa benar seperti ini? 

*

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Setelah Bulan Juli"