0 comments

City of True Love Story

Published on Saturday, 4 January 2025 in

Ada banyak kota di bumi. Beberapa kota itu meninggalkan cerita dalam hati. Beberapa darinya melekat baik pada hipokampus, beberapa di antaranya lagi hanya kota biasa bagi sistem limbik. Ada juga kota-kota bumi yang begitu istimewa, kota yang di dalamnya menjadi saksi cerita tentang cinta, kota yang ketika kamu melangkahkan kaki di tanahnya, hatimu bergetar terharu.. entah rasanya seperti ada jejak hatimu yang tertinggal di sana. Bukan karena kemegahannya, bukan karena langit birunya, bukan juga karena jalanan di sudut kotanya, tapi karena ada cerita kemarin sore yang tertinggal di sana, dan setiap orang memiliki cerita di setiap kota yang berbeda di planet ini.

Hai, mataku basah saat pertama kali melangkah di Madinah. Aku menghirup nafas dalam. Angin hangatnya Madinah saat menuju akhir tahun terasa sampai ke alveolus. Aku melihat ribuan orang berlalu lalang di depan wajahku saat melangkahkan kaki di halaman masjid nabawi. Payung-payung yang menguncup mengembang meneduhkan, kipas di tiang-tiang masjid yang berputar-putar menyemburkan uap dingin, bertabrakan dengan udara hangat kota baginda nabi.

Aku bertemu ribuan orang yang berbeda dari banyak kota di bumi. Tapi kota ini bagi setiapnya tentu istimewa, karena seseorang yang mereka cintai pernah melangkahkan kaki di sini, di tanah yang sama, menghirup udara yang sama, di bawah langit yang juga pernah sama pada titik bumi yang bisa jadi sama.

*

Namanya cinta, yang aku pahami sebagai rangkaian jejak di sistem limbik yang mampu menggerakkan sistem organ lainnya dalam diri, seperti cinta yang membuat seluruh mahluk muslim di bumi melangkahkan kaki ke rumah baginda nabi di Madinah, juga Ka’bah yang dibangun baginda Ibrahim di Makkah. Namanya cinta yang aku pahami sebagai rangkaian jejak di sistem limbik yang membuat seorang ibu rela melakukan apapun untuk putranya, seperti cerita tentang Siti Hajar dan baginda Ismail, yang kesejukan dan keberlimpahan cintanya kita rasakan sebagai air zam zam yang tidak pernah kering sampai saat ini. Namanya cinta, yang aku pahami sebagai jejak pada sistem limbik seorang ayah, untuk putranya, seperti cerita tentang baginda Ibrahim dan Ismail, putra sulung yang puluhan tahun ditunggu nabi Ibrahim kehadirannya di bumi. Tapi saat perintah untuk menyembelih nabi Ismail itu turun, sebesar apapun cinta itu, tetap saja kepatuhan pada Allah adalah yang utama. Cerita yang membuat kita memahami makna bahwa cinta kepada Allah adalah yang pertama. Saat Ibrahim membuktikan bahwa cinta dan patuhnya kepada Allah sejatinya melebihi cintanya pada Ismail, apa kemudian Allah mengambil Ismail darinya? Baginda Ibrahim sangat memahami bahwa Allah Mahapenyayang. Selalu saja, Allah Mahapenyayang. Cinta-Nya lah yang membuat kita bisa merasakan bagaimana rasanya mencintai dan dicintai.


0 comments

Melihat Masa Lalu pada Bintang-Bintang

Published on Tuesday, 15 October 2024 in

Lombok, 2024

Jauh sebelum hari ini, sepertinya waktu itu Sabtu malam. Bintang-bintang bertaburan seperti kerikil di dasar sungai yang airnya jernih seperti kristal. Malam itu langit tidak berawan. Bintang-bintang berbaris bergerombol membentuk aliran sungai di langit, bersinar redup terang. Sehabis hujan, angin selalu saja menyegarkan wajah, membawa wangi daun-daun basah yang berjatuhan ke tanah. Angin juga menjatuhkan bulir-bulir air hujan yang tersimpan di ujung daun-daun hijau yang masih melekat kuat pada tangkai dahan pohon-pohon malam itu. Bulan tampak begitu jelas benderangnya.

Aku punya kebiasaan, belajar dari bumi juga langit yang Allah ciptakan. Aku suka belajar sendirian saat malam hanya berisik dengan suara alam. Aku belajar tentang benda-benda langit yang Allah susun dalam jarak terbaik. Ada yang jauh, ada juga yang relatif dekat, seperti bulan malam itu. Bulan yang gravitasinya turut menggerakkan pasang surut air laut. Hai, ada juga yang jauh, bintang-bintang di langit, yang padanya kita bisa melihat masa lalu, sekalipun hanya 8 menit yang lalu. Gerombolan bintang di sungai langit, yang cahayanya sampai ke bumi dalam 8 menit. Dan yang terdekat, namanya matahari, pun turut menggerakkan pasang surut air laut, juga menggerakkan mahluk hidup di bumi. Tapi seluruhnya bisa hancur seketika, saat ketetapan jarak yang Allah atur, dilanggar sendiri oleh matahari, juga benda-benda langit yang lain. Tak akan ada lagi cerita tentang bumi, bulan, juga cerita tentang kita.



Dan bukankah hukum di bumi dan hukum di langit berlaku identik? Bukankah hukum di bumi dan langit dibuat oleh Tuhan yang sama?

Tuhan yang Mahasayang, pun adalah kepastian. Aku memahami, bahwa setiap aturannya, adalah untuk menjaga keberlangsungan alam semesta dalam waktu yang Allah telah tetapkan. Aku memahami bahwa setiap aturan-Nya adalah untuk kebaikan, kita. Hanya saja, tidak semua mahluk bumi sepatuh mahluk-mahluk di langit. Entah, menurutmu bumi bisa bertahan akan sampai kapan?

*

Dekatnya bulan, jauhnya matahari, tak ada yang pernah keliru satu proton pun, dari takdir dan ketetapan. Rodhitubillahirobba..

0 comments

Cinta Pertama

Published on Monday, 9 September 2024 in

September 2024

Aku selalu meyakini bahwa Tuhan menyayangiku, memberikanku yang terbaik, memenuhi apapun yang aku butuhkan, mengabulkan semua pintaku selama itu indah untukku. Bagaimana tidak, berulangkali banyak hal yang baru aku gumamkan dalam hati, dalam waktu singkat Tuhan menjadikannya kenyataan dengan cara yang menakjubkan dalam cerita yang panjang. 

Bahkan Tuhan selalu melindungiku, setiap hal buruk yang datang ingin menghampiri, Tuhan hadirkan banyak ciptaan-Nya untuk melindungiku, hampir seluruhnya orang-orang yang tidak pernah aku kenal, pun tidak pernah aku cari. Allah bilang, “Aku sesuai prasangka hamba-Ku.” dan aku berpikir, sayang Tuhan mesti lebih besar dari sayang orang tuaku, karena Tuhan lah yang menciptakanku, bahkan jauh sebelum aku diciptakan di dalam uterus ibuku. 

Aku masih ingat saat aku berbisik ke bumi, tentang orang-orang yang aku cinta. Aku berbisik ke bumi, apa yang aku mimpikan. Aku berbisik ke bumi, semoga Allah selalu memelukku juga orang-orang yang aku cinta, dalam kasih sayang-Nya. Aku bercerita pada Tuhan, tentang setiap hal yang aku inginkan. Tiga puluh tahunan di bumi, Allah selalu memberikan apapun yang aku minta pada waktu terbaik, dengan cara yang terbaik.

Bukan siapapun, tapi Tuhanlah cinta pertamaku, cinta pertama yang kemudian menghadirkan orang-orang yang bisa menemaniku selama hidup di bumi: orangtuaku, laki-laki yang mencintaiku, juga anak-anakku. Tuhanlah yang menumbuhkan cinta di dalam sistem limbik mereka, hingga mereka bisa mencintaiku dengan baik buruknya aku.

Memahami itu, membuatku sadar diri bahwa, tugasku adalah mengikuti seluruh aturan yang Tuhan ciptakan, karena pasti seluruh aturan itupun untuk melindungiku, menjagaku, membahagiakanku. Salah satu aturan yang membuatku terkesima adalah aturan tentang perempuan. Aturan yang Allah ciptakan ternyata begitu memuliakan perempuan, yang mulai dari lahirnya sampai dia menikah wajib dinafkahi ayahnya, yang ketika perempuan tumbuh dewasa keindahannya ditutupi karena dia berharga, yang ketika dia disentuh lelaki lain pun lelaki itu harus bersaksi di hadapan mahluk langit dan bumi, atas nama Tuhan, untuk boleh memandang dan menyentuhnya, yang jika bepergian jauh pun Allah memerintahkan harus ada mahrom yang menemani dan menjaganya. 

Sayangnya tidak banyak perempuan yang memahami cara sayang Allah untuknya, merelakan dirinya disentuh lelaki lain yang tidak pernah berjanji di hadapan banyak orang, memurahkan dirinya untuk lelaki lain yang tidak berjanji atas nama Tuhan untuk menjaganya. Tuhan mana yang tidak akan kecewa? Sayangnya hanya Tuhan yang punya kuasa menumbuhkan dan mematikan cinta. Aku selalu takut mengecewakan Tuhanku, aku tidak bisa hidup tanpa kasih sayang Tuhan-ku. Aku berpikir, kalau Tuhan nanti kecewa kemudian Tuhan menghapus rasa cinta di sistem limbik orang yang aku cinta bagaimana?

Aku percaya bahwa, mengecewakan Tuhan, artinya mencari keterpurukan untuk diri sendiri, cepat atau lambat hanya tentang waktu, kesedihan dan kegelisahan itu akan menyertai orang-orang yang durhaka pada Pencipta. Tentu bukan tentang keberlimpahan atau kekurangan, karena keduanya tidak berlekatan dengan keberkahan.

Semoga Allah selalu menjaga kita dalam ketaatan, karena ada mahluk lain yang konon bahagia melihat kita jauh dari-Nya. 

*

Hidup tanpa menggantungkan diri pada Tuhan itu berat. Menjalani hari-hari seolah-olah Tuhan itu tidak ada, pun sungguh berat. Aku pernah. Sampai aku tersadar, bahwa bukan begitu aturan mainnya. Manusia Allah ciptakan lemah, ternyata memang karena Allah menginginkan mahluk-Nya selalu bergantung pada-Nya.

*