Ada satu hukum dalam fisika kuantum yang selalu membuatku berhenti lama setiap kali membacanya, "quantum entanglement". Hukum ini menjelaskan tentang dua partikel yang pernah berinteraksi akan terus saling terhubung, bahkan ketika jarak memisahkan mereka sejauh mungkin.
Jika satu partikel berubah, partikel lain akan merespons seketika, seolah tidak ada ruang dan waktu yang memisahkan. Einstein menyebutnya spooky action at a distance, tak masuk akal bagi hukum fisika klasik.
Tapi mungkin hukum ini bukan hanya tentang Fisika, melainkan cerminan dari bagaimana Allah menautkan mahluk satu dan yang lainnya dalam skenario-Nya. Setiap pertemuan, setiap doa, setiap niat baik, semuanya meninggalkan jejak yang tetap hidup di semesta, bahkan setelah semuanya berlalu.
Tentang seseorang yang memiliki niat baik, seseorang yang mendoakan hal baik untuk orang lain, seseorang yang berbuat baik, kemudian setiap kebaikan yang ia pancarkan kembali kepadanya dalam bentuk kebaikan yang lain. Atau mungkin juga tentang hati, yang tergetar saat ada hati lain yang tertuju padanya. Atau mungkin juga tentang seorang ayah dan ibu yang mengirimkan doa baik untuk kita, sehingga kadang kita merasa, setiap jalan yang kita lalui dimudahkan oleh-Nya. Mungkin ini bagian dari hukum entanglement.
John Bell dan Alain Aspect membuktikan bahwa keterikatan itu nyata. Bahwa informasi bisa berpindah tanpa perantara yang dapat diukur. Dan bukankah doa juga demikian? Kita tak tahu bagaimana cara kerjanya, tapi kita tahu ia sampai. Secepat cahaya, bahkan lebih cepat dari kedip detik jam di pergelangan tanganmu.
Mungkin sedekah kecil yang kamu berikan diam-diam telah menolong seseorang yang tak akan pernah kamu kenal. Mungkin kesabaranmu menahan satu kalimat kasar hari ini, menyelamatkan seseorang dari luka yang hampir terjadi. Sampai kemudian entah bagaimana, ada saja kebaikan-kebaikan yang sampai kepadamu. Aku menyadari bahwa apapun yang kita lakukan selalu akhirnya kembali ke diri kita sendiri ataupun yang kita cintai, seperti juga doa baik tentangmu yang akan kembali pada siapapun yang mendoakan.
Begitulah alam semesta bekerja dalam kehendak Allah: setiap kebaikan saling berpantulan, setiap niat saling bergetar, setiap doa kembali berbalasan.
Kita mungkin merasa sendiri, padahal tidak pernah benar-benar terpisah. Kita hidup dalam jejaring pertolongan Allah.. diatur, disinkronkan, dan disampaikan dengan cara yang tak selalu bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.
Mungkin memang inilah hakikat hukum entanglement: bahwa tidak ada kebaikan yang berdiri sendiri, tidak ada pertemuan yang tak berarti, dan tidak ada doa yang hilang di udara. Segala sesuatu tetap terhubung, karena Allah menghubungkannya.
Dan mungkin tugas kita hanya satu: menjaga agar niatan hati yang kita kirim ke semesta tetap baik, tetap tulus, dan tetap menuju ridhoNya.
*
Fenomena Quantum Entanglement pertama kali dijelaskan oleh Albert Einstein, Boris Podolsky, dan Nathan Rosen pada tahun 1935 dalam EPR Paradox. Mereka mempertanyakan bagaimana dua partikel bisa tetap terhubung secara instan meskipun terpisah jarak.
Puluhan tahun kemudian, John Bell (1964) dan Alain Aspect (1981) melalui eksperimen kuantum membuktikan bahwa keterikatan itu nyata dan melanggar batasan lokalitas klasik.
Sejak saat itu, hukum ini menjadi dasar bagi pengembangan quantum computing dan quantum communication — sekaligus membuka kembali pertanyaan awal: apakah semua yang ada di alam semesta ini, sebenarnya masih saling terhubung pada tingkat yang tidak kita pahami?
*
Kadang, hukum-hukum alam hanyalah cara lain Allah menjelaskan cinta dan pertolongan-Nya dalam bahasa yang belum seluruhnya kita mengerti.
0 comments